languageIcon
search
search
beforeFajronColorIcon / Pengantar/ ( Jumlahya 3 Sunnah-sunnah )
brightness_1 Beberapa riwayat yang berkaitan dengan kaum salaf yang selalu menjaga ibadah sunnah

Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya meriwayatkan, Ummu Habibah pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapapun yang melakukan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan dibuatkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Muslim, no. 1727) Setelah meriwayatkan hadits ini, Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.”

 Anbasah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Ummu Habibah.”

Amru bin Aus juga mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Anbasah.”

An-Nu’man bin Salim mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Amru bin Aus.” (2)

Ali radhiyallahu 'anhu mengisahkan, pernah suatu kali Fathimah mengeluhkan sakit yang ia rasakan di tangannya akibat menggiling tepung (sendiri). Pada saat yang sama, ketika itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memperoleh ghanimah berupa tawanan. Mengetahui hal itu, Fathimah pun berangkat untuk menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun ia tidak menjumpai beliau di rumahnya. Ia hanya bertemu dengan Ummul Mukminin Aisyah saja. Maka ia pun memutuskan untuk memberitahukan kepada Ummul Mukminin Aisyah tentang maksud kedatangannya. Setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di rumah, Ummul Mukminin Aisyah pun menceritakan kedatangan Fathimah dan tujuannya. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun langsung datang ke rumah kami, padahal ketika itu kami sudah menuju ke pembaringan. Mengetahui kedatangan beliau, kami pun segera beranjak dari tempat tidur untuk berdiri menyambutnya. Beliau berkata, “Tetaplah di tempat kalian.” Lalu beliau duduk di tengah-tengah antara aku dan Fathimah. Ketika itu aku dapat merasakan bekunya kaki beliau di dadaku. Kemudian beliau berkata, “Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Apabila kalian hendak tidur, maka bacalah oleh kalian takbir sebanyak tiga puluh empat kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, dan tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali. Itu semua lebih baik untuk kalian berdua dibandingkan memiliki seorang pembantu.” (HR. Bukhari no. 3705 dan Muslim no. 2727). Pada riwayat lain ditambahkan, bahwa setelah menyampaikan riwayat itu Ali radhiyallahu anhu berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Nabi.” Seseorang bertanya, “Meskipun pada malam (perang) Shiffin?” Ia menjawab, “(Aku tidak pernah meninggalkannya) meskipun pada malam (perang) Shiffin.” (HR. Bukhari no. 5362 dan Muslim no. 2727) Sebagaimana diketahui, malam Shiffin yang dimaksud adalah malam terjadinya perang Shiffin, di mana Ali radhiyallahu 'anhu menjadi panglima perangnya. Meski demikian, ia tetap menyempatkan waktunya untuk mengerjakan sunnah yang diajarkan oleh Nabi kepadanya itu. (3)

Pernah suatu kali, ketika Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma memimpin shalat jenazah,ia langsung pergi begitu saja tanpa mengantarkan jenazah itu (ke pemakaman), karena ia mengira sudah melaksanakan segala kewajiban dan sunnahnya dengan sempurna. Saat itu ia belum mengetahui keutamaan untuk mengantarkan jenazah ke kuburnya hingga jenazah itu dimakamkan. Namun, ketika ia telah mendengar riwayat hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, maka ia pun menyesal karena telah kehilangan pahala sunnah yang seharusnya dapat ia raih.

Bayangkan apa yang ia katakan ketika itu? Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma memukulkan tongkat yang ada di tangannya ke lantai seraya berkata, “Sungguh kita telah melewatkan banyak sekali qirath (pahala sebesar gunung Uhud) yang seharusnya dapat kita raih (sebagaimana janji yg disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah tersebut),” (HR. Bukhari no.1324 dan Muslim no.945).

Mengenai riwayat ini Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menegaskan bagaimana para sahabat begitu terpacu untuk melakukan ketaatan ketika informasinya telah sampai kepada mereka. Bahwa bagaimana mereka sangat menyesal karena telah kehilangan keutamaan yang seharusnya mereka dapatkan, meskipun mereka tidak tahu sebesar apakah pahala yang sebenarnya akan mereka dapatkan itu.” Lihat: Kitab Al-Minhaj (7/15).

brightness_1 Dampak positif melaksanakan sunnah Nabi

Saudaraku tercinta, banyak sekali manfaat yang akan didapatkan oleh seseorang jika ia melaksanakan sunnah-sunnah Nabi, antara lain:  

1. Mencapai derajat kecintaan

Seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan melaksanakan ibadah sunnah, maka ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah Azza wa Jalla. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tidaklah Allah akan mencintaimu kecuali jika kamu mengikuti kekasih-Nya secara lahir dan batin, mempercayai segala berita yang diberitakan oleh beliau, mematuhi segala perintah beliau, memenuhi seruan beliau, mengikuti jejak beliau dengan penuh ketaatan, tidak mengacu pada hukum yang lain selain hukum yang telah beliau tetapkan, tidak mencintai siapapun di antara makhluk melebihi kecintaan terhadap beliau, dan tidak mematuhi siapapun melebihi kepatuhan kepada beliau. Jika semua itu tidak ada pada dirimu, maka janganlah berangan-angan bahwa Allah akan mencintaimu. Kembalilah dan introspeksi diri, hingga kamu bisa mendapati kembali cahaya itu, karena kamu sekarang berada dalam kegelapan.” Lihat: Madarij As-Saalikin (3/37)

2. Mendapatkan pertolongan Allah Azza wa Jalla

Hamba tersebut akan selalu dibimbing oleh Allah Azza wa Jalla untuk berbuat kebaikan, hingga seluruh inderanya hanya melakukan apa yang diridhai oleh Allah, karena jika ia sudah mendapatkan kecintaan maka ia juga akan mendapatkan pertolongan.

3. Segala doa yang dipanjatkan akan dikabulkan. Seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah akan mendapatkan kecintaan dari Allah, dan jika ia sudah mendapati itu maka doa apapun yang ia panjatkan pasti akan dikabulkan oleh Allah.

Dalil untuk ketiga manfaat tersebut:  Hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Allah berfirman: Barangsiapa memusuhi waliku (yaitu hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa), sungguh Aku telah menggaungkan perang terhadapnya. Tidak ada cara yang lebih Aku cintai dari hamba-Ku untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku dibandingkan dengan melaksanakan segala kewajiban yang telah Aku perintahkan kepadanya. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah maka akan bertambahlah kecintaan-Ku kepadanya. Apabila Aku sudah cinta kepada-Nya, maka Aku akan membimbingnya dalam pendengarannya, Aku akan membimbingnya dalam penglihatannya, Aku akan menuntunnya dalam perbuatan tangannya, dan Aku akan meluruskan dalam setiap langkah kakinya. Jika ia meminta kepada-Ku, maka aku akan penuhi permintaannya. Jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya. Tidaklah aku merasa ragu untuk melakukan apapun kecuali untuk mencabut nyawa seorang beriman, karena dia tidak suka dengan kematian dan Aku tidak suka membuatnya kecewa.” (HR. Bukhari, no. 6502)

4. Menambal kekurangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kewajiban

Salah satu manfaat ibadah-ibadah sunnah adalah untuk menambal segala kerusakan atau kekurangan dalam pelaksanaan ibadah-ibadah yang fardhu. Dalilnya adalah:

Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh perbuatan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat nanti adalah shalatnya. Apabila baik shalatnya, maka dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Namun jika shalatnya tidak baik, maka dia akan menyesal dan merugi. Adapun jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman kepada para malaikat, ‘Lihatlah ibadah sunnahnya, apakah hamba itu memiliki catatan amalan shalat sunnah untuk menambal segala kekurangan yang terdapat pada shalat wajibnya.’ Kemudian semua amalan juga diberlakukan sama seperti itu.” (HR. Ahmad, no. 9494, Abu Daud, no. 864, At-Tirmidzi no. 413. Hadits ini dimasukkan dalam kategori hadits shahih oleh Al-Albani dan disebutkan dalam kitab Shahih Al-Jami' 1/405)