1 Beberapa kali
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Disunnahkan membaca ayat kursi sebelum tidur, karena orang yang membacanya akan terjaga dari gangguan syaitan hingga pagi hari. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan tentang kisah Abu Hurairah –Radhiyallahu Anhu– yang menghadapi seorang pencuri harta zakat. Pada hadits itu disebutkan, “..lalu Rasulullah –Shallallahu alaihi wa Sallam– bertanya kepadaku, ‘Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?’ aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah –Shallallahu alaihi wa Sallam–, ia mengajarkan aku sejumlah kalimat yang ia klaim akan bermanfaat bagiku. Lalu aku pun melepaskannya setelah itu.’ Beliau bertanya, ‘Kalimat apa yang ia ajarkan?’ Aku jawab, ‘ia katakan kepadaku, jika kamu hendak beranjak menuju tempat tidurmu, maka bacalah ayat kursi dari awal hingga akhir. Lalu ia juga katakan, apabila kamu membacanya maka Allah akan selalu menjagamu hingga pagi hari dan syaitan tidak dapat mendekatimu –para sahabat Nabi adalah orang-orang yang berusaha keras untuk selalu berbuat kebaikan-.’ Lalu Nabi –Shallallahu alaihi wa Sallam– berkata, ‘Kalimat yang ia ajarkan kepadamu memang benar adanya walaupun ia adalah seorang pendusta. Apakah kamu tahu siapa yang kamu ajak bicara selama tiga hari kemarin itu wahai Abu Hurairah?’ Aku jawab, ‘Tidak tahu.’ Lalu beliau katakan, ‘Ia adalah syaitan.’” (HR. Bukhari no.2311, juga oleh An-Nasa’i secara maushul dalam kitab As-Sunan Al-Kubra no.10795)
1 Beberapa kali
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshari –Radhiyallahu Anhu– ia berkata, Rasulullah –Shallallahu alaihi wa Sallam– pernah bersabda, “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah pada malamnya, maka kedua ayat itu sudah cukup (sebagai penjagaan baginya).” (HR. Bukhari no.4008, dan Muslim no.807) Dua ayat terakhir surah Al-Baqarah ini bukanlah zikir yang secara khusus diucapkan ketika saat hendak tidur, melainkan boleh dibaca di bagian mana pun di malam hari. Apabila seseorang belum membacanya pada malam itu, lalu ia baru teringat saat hendak tidur, maka ia bisa membacanya saat itu. Para ulama berbeda pendapat mengenai makna “sudah cukup”. Ada yang berpendapat, maksudnya adalah sudah cukup baginya membaca kedua ayat itu untuk mewakili shalat malamnya. Ada juga yang berpendapat, maksudnya adalah sudah cukup baginya untuk menghindari gangguan syaitan. Ada juga yang berpendapat, maksudnya adalah sudah cukup baginya agar terhindar dari segala penyakit. Namun, bisa juga diartikan dengan semua makna tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Imam An-Nawawi –Rahimahullah– dalam kitabnya Syarhu An-Nawawi li Muslim no.808, bab keutamaan surah Al-Fatihah dan ayat-ayat terakhir surah Al-Baqarah.
3 Beberapa kali
Dalilnya adalah: Hadits yang diriwayatkan dari bunda Aisyah –Radhiyallahu Anha– ia mengisahkan, “Biasanya Nabi –Shallallahu alaihi wa Sallam– ketika hendak beranjak menuju tempat tidur pada setiap malamnya, maka beliau akan menggabungkan kedua telapak tangannya, kemudian menghembuskannya seraya membaca, surah Q ul huwallahu ahad (Al-Ikhlas), surah {qul a’udzu bi rabbil-falaq} (Al-Falaq), dan surah Qul a’udzu bi rabbin-naas (An-Nas), kemudian beliau menggunakan telapak tangannya untuk mengusapkan apa yang bisa beliau jangkau dari tubuhnya, dimulai dari kepalanya, lalu wajahnya, dan semua bagian depan tubuhnya. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no.5017) Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi –Shallallahu alaihi wa Sallam– menerapkan sunnah tersebut pada setiap hari, karena pada hadits itu bunda Aisyah mengatakan “pada setiap malamnya.” Cara pelaksanaan sunnah ini adalah dengan menggabungkan kedua telapak tangan di hadapan mulut, lalu dihembuskan nafas pada telapak tersebut sambil membaca surah Al-Ikhlas dan mu’awwidzatain. Kemudian mengusap seluruh anggota tubuh yang bisa dijangkau dengan telapak tangan tersebut, yang dimulai dari atas kepala, lalu turun ke wajah, dan seterusnya hingga seluruh tubuh. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
1 Beberapa kali
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Urwah bin Naufal, dari ayahnya –Radhiyallahu Anhu–, bahwasanya Nabi –Shallallahu alaihi wa Sallam– pernah berkata kepada Naufal, “Bacalah olehmu surah {qul ya ayyuhal-kafirun} (Al-Kafirun), barulah kamu tidur setelah menyelesaikannya, karena surah itu merupakan pembebasan diri dari kemusyrikan.” (HR. Ahmad no.21934, Abu Dawud no.5055, At-Tirmidzi no.3403, dan dikategorikan sebagai hadits hasan oleh Al-Albani –Rahimahullah–
1 Beberapa kali
اللَّهُمَّ خَلَقْتَ نَفْسِي وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا، لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا، إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا، وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ
Allahumma khalaqta nafsi wa anta tawaffaha laka mamatuha wa mahyaha, in ahyaytaha fahfazh-ha, wa in amattaha faghfir laha, allahumma inni as`alukal-afiyah (ya Allah Engkau lah yang menciptakan nyawaku dan Engkau pula yang akan mematikannya, hanya di tangan-Mu kematian dan kehidupannya, apabila Engkau hidupkan maka jagailah aku, tetapi apabila Engkau mematikan maka ampunilah aku, ya Allah aku sungguh memohon kepada-Mu keselamatan). (HR. Muslim no.2712)
1 Beberapa kali
اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ ، وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِعَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
Allahumma rabbas-samawati wa rabbal-ardhi wa rabbal-arsyil-azhim, rabbana wa rabba kulli syai`in, faliqal-habbi wan-nawa, wa munzilat-taurati wal-injili wal-furqan, a’udzu bika min syarri kulli syai`in anta akhidzun binashiyatih, allahumma antal-awwalu fa laysa qablaka syai`un wa antal-akhiru fa laysa ba’daka syai`un wa antazh-zhahiru fa laysa fawqaka syai`un wa antal-bathinu fa laysa dunaka syai`un, iqdhi annad-daina wa aghnina minal-faqr (ya Allah Tuhan langit, Tuhan bumi, Tuhan Arsy yang agung, ya Tuhan kami Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang menumbuhkan tanaman dari biji dan bulir, Tuhan yang menurunkan Kitab Taurat, Injil dan Al-Qur’an, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apapun yang Engkau kuasai ubun-ubunnya, ya Allah Engkau lah Yang Maha Pertama, tidak ada sesuatu sebelum-Mu, Engkau lah Yang Maha Akhir, tidak ada sesuatu setelah-Mu, Engkau lah yang Maha Zahir, tidak ada sesuatu yang melebihi kezahiran-Mu, Engkau lah yang Maha Batin, tidak ada sesuatu yang melebihi kedekatan-Mu, kami memohon lunasilah hutang kami dan hindarkan kami dari kefakiran). (HR. Muslim no.2713)
1 Beberapa kali
بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
Bismika rabbi wadha’tu janbi wa bika arfa’uhu in amsakta nafsi farhamha wa in arsaltaha fahfazh-ha bima tahfazhu bihi ibadakash-shalihin (dengan menyebut nama-Mu wahai Tuhanku aku rebahkan sisi tubuhku dan dengan menyebut nama-Mu pula aku angkat tubuhku, apabila Engkau ambil jiwaku maka rahmatilah aku, dan apabila Engkau kembalikan jiwaku maka jagailah aku, seperti Engkau menjaga hamba-hambaMu yang shalih). (HR. Bukhari no.6302, dan Muslim no.2714)
1 Beberapa kali
الْحَمْدُ للّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا، وَكَفَانَا وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِيَ لَهُ وَلاَ مُؤْوِي
Al-hamdulillahil-ladzi ath’amana wa saqana, wa kafana wa awana, fa kam mimman la kafiya lahu wa la mu`wi (segala puji dan syukur hanya kepada Allah yang telah memberi makan dan minum kami, mencukupkan kami dan menaungi kami, karena berapa banyak orang lain yang tidak memiliki kecukupan dan tidak pula memiliki naungan). Hadits ini diriwayatkan dari Anas –Radhiyallahu Anhu– ia berkata, bahwasanya Rasulullah –Shallallahu alaihi wa Sallam– ketika hendak beranjak tidur, beliau membaca, “Alhamdulillahi..” (HR. Muslim no.2715)
1 Beberapa kali
اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
Allahumma qini adzabaka yauma tab’atsu ibadak (ya Allah jauhkanlah aku dari azab-Mu pada hari di mana hamba-hambaMu dibangkitkan). (HR. Ahmad no.18660, dan dikategorikan sebagai hadits shahih oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami 2/869).
100 Beberapa kali
سبحان الله (33)، الحمد لله (33)، الله أكبر (34) م
Salah satu sunnah di malam hari adalah dengan bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertakbir sebanyak tiga puluh empat kali, ketika hendak beranjak tidur, karena pada zikir tersebut terdapat keutamaan yang besar, salah satunya adalah memberikan kekuatan pada tubuh di keesokan harinya. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ali radhiyallahu anhu, bahwa pernah suatu kali Fathimah mengeluhkan sakit yang ia rasakan di tangannya akibat menggiling tepung (sendiri). Pada saat yang sama ketika itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memperoleh ghanimah berupa tawanan. Mengetahui hal itu, Fathimah pun berangkat untuk menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, namun ia tidak mendapati beliau di rumahnya, ia hanya bertemu dengan Ummul Mukminin Aisyah saja. Maka ia pun memutuskan untuk memberitahukan Ummul Mukminin Aisyah tentang maksud kedatangannya. Setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tiba di rumah, bunda Aisyah pun menceritakan tentang kedatangan Fathimah dan tujuannya. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun langsung datang ke rumah kami, padahal ketika itu kami sudah menuju ke pembaringan. Mengetahui kedatangan beliau, kami pun segera beranjak dari tempat tidur untuk berdiri menyambutnya. Namun beliau berkata, “Tetaplah di tempat kalian.” Lalu beliau duduk di tengah-tengah antara aku dan Fathimah, bahkan ketika itu aku dapat merasakan bekunya kaki beliau di dadaku. Kemudian beliau berkata, “Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Apabila kalian hendak tidur, maka bacalah oleh kalian takbir sebanyak tiga puluh empat kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, dan tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali. Itu semua lebih baik untuk kalian berdua dibandingkan memiliki seorang pembantu.” (HR. Bukhari, no. 3705 dan Muslim, no. 2727)
1 Beberapa kali
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ. لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Allahumma inni aslamtu wajhiya ilaika wa fawwadhtu amri ilaika wa alja`tu zhahri ilaika raghbatan wa rahbatan ilaik, la malja`a wa manja minka illa ilaik, amantu bi kitabikal-ladzi anzalta wa bi nabiyyikal-ladzi arsalta (Ya Allah aku serahkan diriku kepada-Mu, aku pasrahkan segala urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, doa dan harapanku hanya pada-Mu, tidak ada tempat bersandar dan tiada pula tempat mengadu kecuali kepada-Mu, aku ikrarkan beriman kepada Kitab suci yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus). (HR. Bukhari, no. 247 dan Muslim, no. 2710). Di akhir hadits tersebut Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Jadikan kalimat itu sebagai akhir dari kalimat yang keluar dari mulutmu (di waktu malam), apabila kamu ditakdirkan meninggal di malam itu maka kamu meninggal dalam keadaan fitrah.” Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan, “Dan apabila kamu masih hidup di pagi hari, maka kamu hidupmu di hari itu akan berada dalam kebaikan.” Pada hadits di atas terdapat penjelasan tentang sunnah yang lain, yaitu menjadikan kalimat tersebut sebagai akhir kalimat yang terucap sebelum terlelap dalam tidur. Juga terdapat keterangan bahwa dengan mengucapkannya maka ada ganjaran yang teramat besar, yaitu jika ia ditakdirkan meninggal dunia pada malam itu maka ia mati dalam keadaan fitrah, artinya ia mati dengan berpegang teguh pada sunnah berpegang teguh pada ajaran yang lurus yang dibawa oleh Nabi Ibrahim alaihis salam. Jika ia masih diberikan kehidupan pada esok harinya, maka ia dalam keadaan yang baik, dalam hartanya ataupun amal perbuatannya. Kalimat tersebut sudah mencakup kalimat-kalimat .sebelumnya dan yang lainnya pula, wallahu a’lam
1 Beberapa kali
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Satu zikir lain yang perlu diperhatikan, zikir yang luar biasa dan menjadi penyebab diturunkannya karunia yang luar biasa pula dari Allah Yang Maha Agung, adalah zikir yang disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari, dari Syadad bin Aus radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, mengucapkan Sayyidul Istighfar (Istighfar yang paling utama): Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana abduka wa ana ala ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu`u laka bi ni’matika 'alayya wa abu`u bi dzanbii faghfir li fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta (ya Allah Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan melainkan Engkau, Engkau telah menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui dosa yang aku perbuat terhadap-Mu, maka ampunilah aku, sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau). Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkannya menjelang siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal pada hari itu sebelum tiba waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa membacanya menjelang malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal dunia sebelum tiba waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari, no. 6306)