languageIcon
search
search
brightness_1 Menyeka wajah dari rasa kantuk

Ketiga sunnah Nabi ini disebutkan dalam sebuah hadits Muttafaq 'alaih (disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim) yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Pada suatu malam, ia pernah menginap di kediaman Maimunah, istri Nabi yang sekaligus juga bibi Ibnu Abbas sendiri. Ia menceritakan, “Ketika itu aku berbaring di bagian bantal sisi yang lebar, sedangkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan istrinya tidur di bagian bantal sisi yang panjang. Ketika itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidur hingga tengah malam, atau kurang sedikit atau lebih sedikit. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bangun dari tidurnya dan langsung duduk seraya mengusap wajah beliau dari sisa rasa kantuknya dengan tangan. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat terakhir surah Ali Imran. Setelah itu beliau bangkit untuk menuju ke geriba (tempat air) yang tergantung untuk mengambil wudhu. Setelah menyelesaikan wudhunya dengan sebaik-baik wudhu, beliau pun segera melaksanakan shalat,” (HR. Bukhari no.183, Muslim no.763). Imam Muslim juga menyebutkan riwayat lainnya (no.256), “Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bangun dari tidurnya ketika hampir di penghujung malam. Setelah itu beliau keluar rumah dan melihat ke atas langit seraya membaca ayat berikut ini dari surah Ali Imran, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.’ (Ali Imran:190) Yang dimaksud dengan menyeka wajahnya dari rasa kantuk adalah: mengusap kedua matanya untuk menghilangkan bekas-bekas tidurnya dengan menggunakan kedua tangannya. Sedangkan yang dimaksud dengan geriba adalah kantong kulit yang biasa digunakan untuk menyimpan air pada zaman dahulu. Pada riwayat Imam Muslim yang terpisah, terdapat penjelasan bagi mereka yang ingin menerapkan sunnah ini secara sempurna. Yaitu dengan memulai bacaan ayat dari firman Allah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang..” Dan seterusnya hingga akhir surah tersebut.

brightness_1 Memandang ke atas langit

Ketiga sunnah Nabi ini disebutkan dalam sebuah hadits Muttafaq alaih (disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim) yang diriwayatkan Ibnu Abbas, bahwa suatu malam ia pernah menginap di kediaman Maimunah, istri Nabi yang sekaligus juga bibi Ibnu Abbas sendiri. Ia berkisah, “Ketika itu aku berbaring di bagian bantal sisi yang lebar. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan istrinya tidur di bagian bantal sisi yang panjang. Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidur hingga tengah malam, atau kurang sedikit atau lebih sedikit. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangun dari tidurnya dan langsung duduk seraya mengusap wajah beliau dari sisa rasa kantuknya dengan tangan. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat terakhir surah Ali Imran. Setelah itu beliau bangkit untuk menuju ke geriba (tempat air) yang tergantung untuk mengambil wudhu. Setelah menyelesaikan wudhunya dengan sebaik-baik wudhu, maka beliau pun segera melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no.183, Muslim no.763) Imam Muslim juga menyebutkan riwayat lainnya (Shahih Muslim, no. 256), “Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bangun dari tidurnya ketika hampir tiba di penghujung malam. Setelah itu beliau keluar rumah dan melihat ke atas langit seraya membaca ayat berikut ini dari surah Ali Imran: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal." (Ali Imran: 190) Yang dimaksud dengan "menyeka wajahnya dari rasa kantuk" adalah mengusap kedua matanya untuk menghilangkan bekas-bekas tidurnya dengan menggunakan kedua tangannya. Sedangkan yang dimaksud dengan geriba adalah, kantong kulit yang biasa digunakan untuk menyimpan air pada zaman dahulu. Pada riwayat Imam Muslim lainnya, terdapat penjelasan bagi mereka yang ingin menerapkan sunnah ini secara sempurna. Yaitu dengan memulai bacaan ayatnya dari firman Allah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang..” dan seterusnya hingga akhir surah tersebut.

brightness_1 Membaca sepuluh ayat terakhir surah Ali Imran

Sunnah Nabi ini disebutkan dalam sebuah hadits Muttafaq alaih (disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim) yang diriwayatkan Ibnu Abbas, bahwa pada suatu malam ia pernah menginap di kediaman oleh Maimunah, istri Nabi yang sekaligus juga bibi Ibnu Abbas sendiri. Ia berkisah, “Ketika itu aku berbaring di bagian bantal sisi yang lebar, sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam dan istrinya tidur di bagian bantal sisi yang panjang. Ketika itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam tidur hingga tengah malam, atau kurang sedikit atau lebih sedikit. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bangun dari tidurnya dan langsung duduk seraya mengusap wajah beliau dari sisa rasa kantuknya dengan tangan. Kemudian beliau membaca sepuluh ayat terakhir surah Ali Imran. Setelah itu beliau bangkit untuk menuju ke geriba (tempat air) yang tergantung untuk mengambil wudhu. Setelah menyelesaikan wudhunya dengan sebaik-baik wudhu, maka beliau pun segera melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari, no.183, Muslim, no.763) Imam Muslim juga menyebutkan riwayat lainnya (no. 256), “...Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bangun dari tidurnya ketika hampir di penghujung malam. Setelah itu beliau keluar rumah dan melihat ke atas langit seraya membaca ayat berikut ini dari surah Ali Imran, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.’ (Ali Imran:190)” Yang dimaksud dengan menyeka wajahnya dari rasa kantuk adalah, mengusap kedua matanya untuk menghilangkan bekas-bekas tidurnya dengan menggunakan kedua tangannya. Sedangkan yang dimaksud dengan geriba adalah, kantong kulit yang biasa digunakan untuk menyimpan air pada zaman dahulu. Pada riwayat Imam Muslim yang terpisah, ada penjelasan bagi mereka yang ingin menerapkan sunnah ini secara sempurna. Yaitu dengan memulai bacaan ayatnya dari firman Allah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang..” dan seterusnya hingga akhir surah tersebut.